Permainan Hati
Sebuah
cerita mengenai seseorang yang tak sengaja Ifa temui ketika Ifa hendak menuju
perpustakaan di Institut dimana Ifa kuliah. Sejak pertemuan itu, Ifa merasa ada
sesuatu yang beda darinya, tampak seperti seseorang yang dia idamkan dan dia
dambakan untuk kelak menjadi pendamping hidupnya. Sholeh, pintar, rajin,
penghafal al-qur’an juga, ditambah dengan raut wajahnya yang menyeruatkan
cahaya dari air wudhu yang selalu membasahi wajahnya. Subhanallah....
Ifa
pun tak mengerti mulai kapan dia mulai menyukainya, namun inilah relita yang
ada.. yaa,, dia terjebak dalam sebuah permainan hati. Dia mengakui, bahwa ia
jatuh hati padanya.
Selang
beberapa hari, Ifa bertemu kembali dengannya. Dengan almamater yang bisa dia
tebak, itu adalah almamater dari sekolahnya dulu, ditambah celana dasar, dan
sepatu yang ia pakai, rapi sekali, semakin menambah rasa hatinya pada cowok itu.
Dengan dua kali pertemuan ini, di tempat yang sama, semakin meyakinkan Ifa,
bahwa ia adalah sosok yang genius.
Namun
dari dua kali pertemuan itu, Ifa masih belum mengetahui, siapa sebenarnya cowok
ini. Sampai pada hari berikutnya, Ifa bercerita kepada sahabatnya di asrama
dimana kita berdua tinggal, ia adalah sahabat barunya disini.
“Mbak,
tadi ana bertemu dengan seorang ikhwan, subhanallah sekali Mbak.” Kata Ifa.
“alah Neng, Neng, ikhwan disini mana ada yang
keren ?” jawabnya.
Ifa
hanya bisa terdiam, memang semua itu relatif, mungkin Ifaa mengatakan begitu
karena Ifa merasa punya sesuatu dengan dia, nah, segangkan sahabatnya mungkin
belum pernah bertemu dengannya.
Sampai pada suatu ketika, sahabat
Ifa bercerita bahwa ia bertemu dengan seorang ikhwan.
“eh,, tau gak, gua tadi ketemu sama
cowok yang misterius diperpustakaan” caritanya.
“cie ille,, siapa tuuh ?” tanya Ifa.
“gua gak tau, tapi dia itu sesuatu
banget.” Katanya
“ceritain donk...” pinta Ifa.
“iya, jadi tadi itu, gua keperpus
bareng temen lokal gua, gua nyari-nyari buku, tapi gak ketemu-ketemu, tiba-tiba
dia ngasih buku yang gua cari, 3 sekaligus” ceritanya
“terus-terus ?” tanya Ifa penasaran.
“gua langsung buka buku itu, mungkin
saking senengnya sampe lupa belum ngucapin terimakasih, dan pas gua liat lagi, orangnya
sudah ngga ada, trus gua cari kedepan, ternyata orangnya masih ada, sambil
malu-malu gua ngucapin makasih, dengan jawaban yang singkat iya, sama-sama,
tapi cukup membuatku terkesima” ceritanya panjang lebar.
Mendengar cerita itu, Ifa langsung
menebak, pasti ikhwan itu si dia, namun Ifa tak berani bertanya langsung dengan
sahabatnya, takut nanti ada yang salah dengan yang dia tanyakan.
*bersambung........
*bersambung........